Postingan

Kelopak Bunga Terakhir

Tak mengapa jika kamu berbeda  Tak mengapa jika kamu memiliki waktumu sendiri  Tak usah resah dengan apa yang terjadi  Biarlah dirimu menjadi apa adanya dirimu  Menjadi kelopak bunga terakhir ketika kelopak lain telah dipetik, tak mengapa Kamu tetaplah harum, bahkan lebih wangi dari bunga lainnya karena yang lainnya telah layu Sementara engkau, masih menjadi kelopak bunga yang tetap pada tangkainya Menunggu sampai ada yang memetik kelopak itu

Kabut

Jalan yang kutempuh kini tengah kabut. Semua terjadi begitu saja tanpa aba-aba. Semoga segera mereda.

Tertunduk

Pagi ini tubuhku terasa lemas. Hoam. Mulutku menganga sembari cepat-cepat menutup mulut dengan tanganku. Malas melakukan apapun.  Toh ini hari libur. Saatnya bersantai. Gumamku dalam hati.  Lalu aku pergi ke dapur, mencari-cari sesuatu untuk mengganjal perut. Lalu kutemukan satu buah alpukat yang sudah masak. Lantas kupotong-potong, kutaruh di piring kecil, kubawa ke teras rumah sambil duduk-duduk di depan. Tidak lupa aku mengambil air hangat dari dispenser.  Hari ini sungguh merepotkan. Pak Bos memintaku untuk mengirimkan hasil pekerjaannya hari ini. Aku kesal sekali. Bahkan ketika hari libur pun masih saja ada gangguan. Sejenak aku ingin melupakan semua deadline tugas-tugas dari kantor. Bahkan ponselku sengaja kumatikan agar tak ada yang menelepon dan menggangguku.  Tugas dari Bos, biarlah, aku tak peduli lagi. Selama seminggu ini aku sudah bekerja habis-habisan. Pokoknya aku tak mau ada yang menggangguku hari ini!. Kulihat di seberang jalan, seorang kakek m...

Semestinya Sahaya

Diciptakan sebagai satu-satunya makhluk yang paling cerdas di antara semua yang ada. Menjadi satu-satunya yang berdaya di atas semuanya. Memiliki hati untuk bisa merasakan. Memiliki akal yang sempurna. Melakukan apapun yang disukainya. Namun nyatanya kamu makhluk paling rapuh di dunia. Makhluk yang justru mudah merasa sedih dan hampa. Makhluk yang terkadang salah menempatkan nafsunya. Mampu membedakan mana benar buruk, namun tetap saja kadang membuta.  Menjadi yang paling disempurnakan, tapi paling banyak keluhnya. Sungguh malang si manusia.  Istirahatkanlah sejenak pikiranmu. Barangkali pikiranmu hanya sedang lelah atas semua tumpukan permasalahan. Kamu hanya perlu waktu untuk bisa berpikir lebih jauh. Berhentilah sejenak, kamu hanya perlu jeda. Barangkali dengan adanya jeda, mampu membuka pikiranmu menjadi lebih leluasa.  Barangkali selama ini kamu hanya sebatas menerka-nerka. Menyakiti perasaanmu dengan pikiran tergesamu itu.  Kamu lupa, bukankah kita sejatin...

Kelana

Mali, membersihkan sepatunya yang kotor kemasukkan pasir. Ia mendongakkan kepalanya ke atas sambil menyipitkan matanya. Sorot mentari terlalu terik menyilaukan mata. Di sebelahnya, kuda jantan berwarna cokelat nampak gusar. Mali kemudian meminggirkan kudanya ke bawah pohon. Lalu ia kembali duduk menyenderkan kepalanya di bawah pohon itu. Ia telah menempuh perjalanan selama sepuluh hari. Perjalanan menuju suatu negeri untuk menyusul pamannya yang berdagang di sana. Ia telah dijanjikan untuk diajari berdagang oleh pamannya. Orang tuanya pun mengizinkannya pergi seorang diri.  Mali membuka ranselnya yang sudah lusuh itu, melihat perbekalan yang masih tersisa. Sepertinya perbekalannya telah habis. Hanya tersisa satu botol air untuknya. Ia tak menyangka, perbekalannya telah habis, bahkan belum setengah perjalanan. Sedangkan  negeri yang ia tuju masih sangat jauh dari sana. Masih sekitar lima belas hari lagi ia akan tiba. Jika ia melanjutkan perjalanan, bisa-bisa kudanya kehausan ...

Dua Enam

Suatu hari itu, ponselku berdering singkat. Satu pesan  whatsapp masuk. Lalu kubuka layar ponselku. Terlihat satu poster bertuliskan 30 Days Writing Challenge  (30 DWC) yang dikirim oleh temanku. Tulisan yang tidak asing buatku. Tulisan yang biasa diposting beberapa temanku di sosial media.  Dengan poster itu, temanku lantas mengajakku untuk mengikuti challenge  tersebut. Sudah tentu aku menolaknya. Bagiku, kegiatan ini hanyalah untuk orang-orang yang telah piawai menulis saja. Untuk mereka-mereka yang ingin mengembangkan tulisan-tulisannya. Untuk orang-orang yang telah layak dibaca tulisannya. Sedangkan aku, bukanlah orang yang seperti itu. Hampir-hampir aku tak pernah menulis. Bahkan, membuat tulisan di media sosial pun jarang. Beberapa waktu kemudian, aku berubah pikiran. Tiba-tiba saja aku meng-iyakan ajakan temanku itu. Kupikir, tak ada salahnya kucoba. Toh, aku hanya akan ikut sekadarnya saja. Gagal, tak masalah . Pikirku waktu itu. Beberapa hari kemudian,...

Hal yang Tak Pernah Didapat

Memang, ada dua hal yang kita tak pernah mendapatkannya di dunia ini, yakni kebahagiaan dan keadilan. Mau seberapa besar usaha kita mencari, kita tak akan pernah mendapatkan yang namanya bahagia. Begitu pula keadilan, sekuat apapun kita menuntut suatu keadilan, kita tak akan pernah mendapatkannya.  Memang, bahagia itu relatif. Tapi tak pernah ada bahagia yang benar-benar absolut. Bahkan, setelah kita benar-benar bahagia, beberapa waktu kemudian bisa saja terasa hambar. Atau justru muncul perasaan kecewa. Muncul perasaan sedih. Seketika itu pula, kita lupa pernah bahagia.  Begitu pula dengan keadilan, tak pernah bisa kita menegakkan keadilan yang sebenar-benarnya. Palestina misalnya, mengapa terjadi seperti itu? Mengapa banyak orang di belahan bumi tak berpihak padanya? Karena memang tak pernah ada keadilan di dunia ini. Bahkan, diri kita pun susah untuk bisa berlaku seadil-adilnya. Kebahagiaan yang sebenar-benarnya hanya akan ada di akhirat kelak. Kebahagiaan ketika dapat bert...