Semestinya Sahaya
Diciptakan sebagai satu-satunya makhluk yang paling cerdas di antara semua yang ada. Menjadi satu-satunya yang berdaya di atas semuanya. Memiliki hati untuk bisa merasakan. Memiliki akal yang sempurna. Melakukan apapun yang disukainya. Namun nyatanya kamu makhluk paling rapuh di dunia. Makhluk yang justru mudah merasa sedih dan hampa. Makhluk yang terkadang salah menempatkan nafsunya. Mampu membedakan mana benar buruk, namun tetap saja kadang membuta.
Menjadi yang paling disempurnakan, tapi paling banyak keluhnya. Sungguh malang si manusia. Istirahatkanlah sejenak pikiranmu. Barangkali pikiranmu hanya sedang lelah atas semua tumpukan permasalahan. Kamu hanya perlu waktu untuk bisa berpikir lebih jauh. Berhentilah sejenak, kamu hanya perlu jeda. Barangkali dengan adanya jeda, mampu membuka pikiranmu menjadi lebih leluasa. Barangkali selama ini kamu hanya sebatas menerka-nerka. Menyakiti perasaanmu dengan pikiran tergesamu itu.
Kamu lupa, bukankah kita sejatinya tak pernah punya kuasa mengetahui muara dari setiap kejadian yang ada. Bukankah kamu hanya melihat sampul dari buku yang kamu terima. Lalu bagaimana bisa kamu menebak cerita pada halaman terakhirnya. Bagaimana bisa kamu menyimpulkan cerita-cerita yang ada.
Jangan biarkan dirimu kalah oleh pikiranmu yang tak tentu itu. Saatnya kamu punya kendali atas dirimu. Kendali atas pikiran dan perasaanmu itu. Menyerahkan semuanya pada Yang Berkuasa. Menyingkirkan semua ketergesaan yang ada. Mengikhlaskan semuanya. Sudah semestinya seorang sahaya, adalah menghamba, meminta dengan doa. Dengan pengharapan yang utuh. Agar nantinya kelak, kita menjadi sebaik-baik sahaya.
Komentar
Posting Komentar