Dua Enam
Suatu hari itu, ponselku berdering singkat. Satu pesan whatsapp masuk. Lalu kubuka layar ponselku. Terlihat satu poster bertuliskan 30 Days Writing Challenge (30 DWC) yang dikirim oleh temanku. Tulisan yang tidak asing buatku. Tulisan yang biasa diposting beberapa temanku di sosial media.
Dengan poster itu, temanku lantas mengajakku untuk mengikuti challenge tersebut. Sudah tentu aku menolaknya. Bagiku, kegiatan ini hanyalah untuk orang-orang yang telah piawai menulis saja. Untuk mereka-mereka yang ingin mengembangkan tulisan-tulisannya. Untuk orang-orang yang telah layak dibaca tulisannya. Sedangkan aku, bukanlah orang yang seperti itu. Hampir-hampir aku tak pernah menulis. Bahkan, membuat tulisan di media sosial pun jarang.
Beberapa waktu kemudian, aku berubah pikiran. Tiba-tiba saja aku meng-iyakan ajakan temanku itu. Kupikir, tak ada salahnya kucoba. Toh, aku hanya akan ikut sekadarnya saja. Gagal, tak masalah. Pikirku waktu itu.
Beberapa hari kemudian, challenge dimulai. Aku telah terdaftar dan masuk sebagai fighter 30 DWC. Hari-hari kujalani dengan menulis sekenanya saja. Menjadi fighter yang cukup minimalis. Minimal dalam pencapaian target tentunya. Batas minimal dua ratus kata, aku menuliskannya hanya dua ratus kata. Terkadang lebihnya hanya beberapa patah kata. Batas maksimal pengumpulan adalah jam 08.00 WIB di hari selanjutnya, aku mengumpulkannya sudah mendekati jam itu.
Sampai akhirnya, tibalah hari kelima belas 30 DWC. Tak terasa sudah setengah jalan. Aku tak percaya bisa melewatinya tanpa bolos menyetor tulisan sehari pun. Ajaibnya, muncul perasaan lega tiap kali menyelesaikan tulisanku. Yang entah bagaimana rasanya. Perasaan seperti, "Ini yang kubutuhkan". Ternyata selama ini aku hanya butuh menuliskan sesuatu. "Jika tak ada teman bicara, kurasa menulis bisa menjadi salah satu cara untuk mencurahkannya".
Sekarang ini, hampir tiba di penghujung. Menapaki hari ke-26 dalam menjalani tantangan 30 DWC. Satu hal yang aku dapatkan, "Aku jatuh cinta". Jatuh cinta dengan menulis. Muncul perasaan dimana aku ingin menulis lebih sering dan lebih banyak lagi. Menulis dengan sederhana, tak perlu muluk-muluk. Bahkan tak masalah jika memang tak ada pembaca. Poin penting yang kudapatkan adalah, "Teruslah menulis. Pada tahap pembiasaan ini, pembaca hayalah bonus".
Komentar
Posting Komentar