Bingkai
Aku
dan dirimu adalah manusia dalam keterasingan. Hanyut dan tenggelam dalam riuh,
ingar bingar kota. Sementara di pundakmu adalah beban, juga mimpi dan harapan. Maka
yang ada hanyalah kita yang saling menguatkan.
Aku
dan dirimu adalah sepatah kata yang kau sebut rindu. Adalah setetes air mata
yang kau sebut pilu. Adalah hasil ukiran yang kau sebut kenangan. Maka ku
simpan setiap adegan tentangmu dalam sebuah bingkai di atas mejaku.
Kita saling menuliskan impian, sementara tangan kita saling menggenggam. Kita saling mengukir kenangan, sementara tangan kita merajut sebuah perpisahan. Kulihat sendu terkumpul di raut wajahmu. “Waktu begitu terburu-buru”, katamu. Sementara masih ada rindu yang saling kita sembunyikan.
Bingkai
tentangmu. Biarlah usang. Biarlah menua senada masa. Biarlah lapuk bersama
keroposnya kayu mejaku. Lebur bersama tanah lantaiku. Maka butirannya kugenggam
dalam erat telapak tanganku. Kusimpan dalam kantong bajuku. Barangkali bisa
dijadikan pupuk buatku. Biar mekar bunga di pekaranganku.
Tentangku,
tentangmu. Biarlah abadi dalam waktu.
Komentar
Posting Komentar