Marti #1

Suatu pagi di Jakarta, Marti—seorang anak perempuan usia belasan tahun, berjalan sedirian menyusuri trotoar. Ia melihat-lihat sekitar, mengamati dengan seksama setiap bangunan yang ia lalui. Lalu berhenti sejenak pada sebuah kursi taman. Perlahan ia membuka tas dan menemukan di dalamnya ada sebungkus roti yang telah disiapkan oleh ibunya untuk bekal. Tanpa pikir panjang, ia langsung melahap rotinya. Kemudian membuka botol minum, lalu meneguknya perlahan. 

Ia melihat ke seberang jalan, nenek-nenek dengan beberapa barang di keranjangnya, terlihat sedang menunggu sesuatu. Lalu di sebelah nenek tersebut, wanita paruh baya, yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya, sambil beberapa kali menelepon seseorang. Ia tak memedulikan nenek di sebelahnya. Bahkan mungkin tak sempat menyapa si nenek. 

Tak lama kemudian, datanglah mikrolet yang hanya terisi dua penumpang. Dan benar saja, si nenek menghentikan mikrolet dengan mengacungkan tangannya. Pak sopir turun dari mikrolet, mencoba membantu si nenek menaikkan barang bawaannya. Lalu setelah si nenek naik ke mikrolet. Pak sopir kembali ke tempat duduknya. Lalu perlahan mikrolet terlihat bergerak pelan meninggalkan tempat tersebut.

Dilihatnya hanya tersisa wanita paruh baya sendirian di seberang jalan. Ia masih gusar menelepon seseorang. Hingga akhirnya seseorang dengan motor matic hitam, memakai jaket dan helm warna hijau datang menghampirinya. Lalu wanita tersebut dengan cepat memakai helm yang diberikan oleh seseorang berjaket hijau tadi. Lalu dengan pelan motor bergerak. Semakin menjauh dari pandangan Marti, yang sedari tadi mengamatinya. Hingga akhirnya, tak ada lagi pemandangan di depan mata yang bisa dilihat olehnya. Hanya bangunan tua yang bisa dilihatnya di seberang jalan. Ia mulai bosan. Tapi entah mengapa ia merasa masih ingin berada di sana. Meskipun tak ada lagi hal menarik. Ia masih ingin berlama lama di tempat itu. Sebelumnya ia telah berjanji pada ibunya akan kembali sebelum petang. Ah, kan waktu sore masih lama, gumamnya dalam hati. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari Kita Mulai

Kelopak Bunga Terakhir

Salah Arah #1