Bicara Cinta

Cinta, bergantung pada kita yang memaknainya. Bicara tentang cinta, salah satu puisi dari Goenawan Mohamad mengingatkanku tentang betapa luasnya makna cinta. Puisi ini ditulis oleh beliau pada tahun 1963, adalah puisi yang berjudul "Surat Cinta".

Bukankah surat cinta ini ditulis
ditulis ke arah siapa saja
Seperti hujan yang jatuh ritmis
menyentuh arah siapa saja

Bukankah surat cinta ini berkisah
berkisah melintas lembar bumi yang fana
Seperti misalnya gurun yang lelah
dilepas embun dan cahaya


Puisi ini bagiku lebih kepada cinta Sang Pencipta kepada makhluknya. Di mana surat cinta ini kuartikan sebagai suatu pesan, pedoman, dan ungkapan yang diberikan pada seluruh makhluknya. Meliputi siapa saja, tak terkecuali. Sepanjang zaman, melintasi waktu demi waktu. 

Kita, yang seringkali mencela cinta, adalah tersebab kita menyempitkan maknanya. Seringkali kita hanya memaknainya sebagai perasaan suka antara aku dan dia. Lalu setelah patah hatinya, kita amat membenci cinta. Padahal selama ini kita tumbuh karena cinta. Bukankah peluh orang tua kala membesarkan kita juga merupakan cinta? Bukankah nafasmu hari ini juga karena cinta Sang Pencipta? Itulah mengapa, kita memiliki banyak sekali cinta, yang didapat dari siapa saja, dari arah manapun datangnya. 

Jika suatu ketika dirimu patah, maka patahan itu hanyalah salah satu cabang dari sekian banyak ranting yang tumbuh. Akan ada ranting-ranting baru yang tumbuh. Hidup akan terus berganti. Kita tak pernah hanya seperti ini. Kita ada, lalu hilang. Kita dikenang, lalu dilupakan. Hingga kemudian, tak ada lagi. Maka, cinta manakah yang akan kita datangi, kalau bukan cinta dari sang Ilahi?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari Kita Mulai

Kelopak Bunga Terakhir

Salah Arah #1