Tergesa

Barangkali kamu pernah. Kecewa atas sesuatu yang terjadi di luar kendalimu. Mulai menyalahkan dirimu. Menyalahkan keadaan. Menyalahkan siapapun yang ada di sekitarmu. Membenci apapun yang nampak di hadapanmu. Sampai-sampai menuduh, menyalahkan takdir. Padahal sebenarnya, kamulah yang terlalu terburu-buru. Selalu tergesa-gesa dalam segala sesuatu. Tergesa dalam menafsirkan setiap rangkaian keadaan. Tergesa dalam mengambil keputusan. Tergesa dalam menentukan tindakan. 

Istirahatkanlah sejenak pikiranmu. Barangkali pikiranmu hanya sedang lelah atas semua tumpukan permasalahan. Kamu hanya perlu waktu untuk bisa berpikir lebih jauh. Berhentilah sejenak, kamu hanya perlu jeda. Barangkali dengan adanya jeda, mampu membuka pikiranmu menjadi lebih leluasa.  Barangkali selama ini kamu hanya sebatas menerka-nerka. Menyakiti perasaanmu dengan pikiran tergesamu itu. 

Kamu lupa, bukankah kita sejatinya tak pernah punya kuasa mengetahui muara dari setiap kejadian yang ada. Bukankah kamu hanya melihat sampul dari buku yang kamu terima. Lalu bagaimana bisa kamu menebak cerita pada halaman terakhirnya. Bagaimana bisa kamu menyimpulkan cerita-cerita yang ada. 

Jangan biarkan dirimu kalah oleh pikiranmu yang tak tentu itu. Saatnya kamu punya kendali atas dirimu. Kendali atas pikiran dan perasaanmu itu. Menyerahkan semuanya pada Yang Berkuasa. Menyingkirkan semua ketergesaan yang ada. Mengikhlaskan semuanya. Barangkali di depan sana ada kebahagiaan yang tak terkira.

Untukmu, seseorang yang selalu tergesa, seseorang yang menuliskannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari Kita Mulai

Kelopak Bunga Terakhir

Salah Arah #1